Minggu, 13 November 2011

Puisi Sunyi

Puisi Sunyi - Puisi - Puisi Sunyi Sepi


Nah kalau pada postingan sebelumnya saya sajikan Puisi Harapan - Puisi Harapan Cinta, kali ini saya akan mencoba menyajikan hal yang baru dengan "Puisi sunyi". Puisi ini saya angkat dari tulisan masa sekolah dulu yang sampai saat ini masih saya simpan, dan kali ini saya akan mencoba untuk menuliskannya kembali disini. Oke, simak aja langsung yah;

Misteri

Di sudut mata hatiku terukir namamu
kian memmbekas begitu sendu
angin dingin yang menyapaku
tak ingin ku hiraukan tanpa luapan kasihmu
wangi bunga yang semerbak enyap
haus dahaga suntuk lalupun lelap
nyanyian puitis nyiurkan angan

bayangmu datang redakan bimbang
dalam benaku selalu hadirkan bayangmu
kian menyapa dan menggoda kalbuku
resah, bimbang, dan tak kunjung di pangkuan
hadirkan semu didiriku yang hadir di bayangmu
pasir yang berbisik, tajamnya pedang, besi yang berarang
tak sanggupkah diriku menghadang
pemburuan nuranimu yang kian garang

Sunyi dalam diri

Mentari senja malam pun tiba
kembali ku ambil nafas baru
gelapan di sertai rincik hujan
disini ku sendiri meratapikesunyian dalam diri
benaku melayang yang tak nampak ingin ku lihat
rinncik hujan, petir, juga gelapnya malam
menambah kesunyian sesunyi hati ini

Seunta harapanpuun tak dapat ku arahkan
karena dirimu hanya datang sebagai teman
haruskah aku hdup dengan kedustaan diri
terus hati terus bergetar mengingat diri yang tak berani
tuk tampakan sebuah ungkap yang selama ini
dan sekian waktu hanya bisa terpendam dalam sanubari
dan harus tersembunyi dalam artian teman

Satu harap terahirku kau menyadari;
betapa aku menyayangimu
betapa aku mencintaimu
betapa aku mengharap atas semua rasa ini
hingga ahirnya tertuang di sosok hatimu

Malam

Aku harus termenung lagi dalam khayal tak pasti
berjuta bayang iringi setiap kedip mata
kedip mata yang penuh harap
sajak-sajak tentang bayangmu selalu mengisi ruang khayalku
taukah kau tentang cerita berdeburnya ombak
yang tak henti menerjang karang
taukah kau dalam seiring bergantinya waktu
aku selalu merindukanmu
saat kau berpaling dari kenyataan
tak henti-hentinya aku terus berharap tentang kegelisahan ini
tentang kerinduan ini
tentang rasa yang ku labuhkan di pelabuhan hatimu
tau kah kau bahwa semua harapku itu hanya untuk menunggu
dan menunggu belas kasih cintamu

15/01/2005. Di tulis kembali 14/11/2011.
Di Pangandaran, Oleh: Iman Zenit.

0 komentar:

Tinggalkan Komentarmu